Artikel Kesehatan. Kanker serviks atau yang lebih dikenal sebagai kanker leher rahim adalah sejenis kanker yang menyerang dinding leher rahim yang menuju rahim. diperkirakan dalam tiap satu jam, satu wanita Indonesia meninggal karena penyakit ini.
Penyebab kanker serviks
Virus human papilloma virus (HPV) merupakan penyebab utama kanker leher rahim. Virus tersebut menyerang dan menginfeksi dinding leher rahim selama bertahun-tahun. Bisa dibilang masa inkubasi atau proses perkembangan kanker ini memakan waktu 10-20 tahun dan hampir tanpa gejala dan tanda-tanda sama sekali, sehingga kebanyakan wanita mengabaikan hal ini seolah-olah tidak terjadi apapun. Namun apabila sudah stadium pada tingkat yang parah baru dirasakan ciri-ciri kanker serviks ini.
Namun ada pula penyebab sekunder dari kanker serviks ini, yaitu:
- Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak normal.
- Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.
- Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin, yaitu bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayon, kardus, dan lain-lain.
- Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
- Faktor Usia, Usia 40 tahun merupakan usia yan rentan bagi wanita, semakin tinggi usia maka semakin rentan risiko kanker serviks.
- Faktor gaya hidup, misalnya seseorang yang berhubungan kelamin terlalu muda, berganti-ganti pasangan kencan, dan memiliki banyak anak, misalnya lebih dari 5 orang, karena waktu melahirkan, serviks mengalami trauma, semakin sering melahirkan semakin sering pula terjadi truma terhadap leher rahim.
Apa gejala dan tanda-tanda kanker serviks?
Seperti disebutkan di atas, gejala awal yang dirasakan secara fisik hampir tidak terdeteksi. Adapun gejala pada stadium lanjut bisa diketahui dengan pendarahan saat menopause, serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah)
Cara mencegah kanker leher rahim
Saat ini banyak cara dalam upaya mencegah penyakit ini. Diperlukan upaya deteksi dini dengan melakukan pap smear. Di negara-negara modern termasuk Indonesia, teknik Pap Smear sudah mulai berkembang. Pap smear adalah metode screening ginekologi, untuk menemukan proses-proses premalignant dan malignant di ectocervix, dan infeksi dalam endocervix dan endometrium. Pap smear digunakan untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. Wanita yang aktif secara seksual disarankan menjalani Pap smear sekali setahun.
Teknik yang digunakan yaitu dokter atau perawat mengambil sample dari cervix. Pap smear biasanya tidak dilakukan selama menstruasi. Prosedur ini menimbulkan sedikit rasa sakit, namun tergantung pada anatomi pasien, faktor psikologi, dan lain-lain. Sample kemudian diuji di laboratorium dan hasilnya dapat diketahui 3 mingguan.
Cara lain dalam mencegah leher rahim tentu saja dengan mengubah gaya hidup, tidak bergonta-ganti pasangan, mengurangi tingkat angka kelahiran, dan rajin menjaga kebersihan organ vital kewanitaan. Hindari asap rokok, jangan berhubungan badan di saat haid, pastikan gizi yang cukup dan konsumsi sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung Vitamin A, C dan E. Selain itu ada pula pemberian vaksin virus HPV pada wanita usia 10-55 tahun.
Pengobatan kanker serviks
Kanker leher rahim biasanya baru diketahui pada stadium lanjut pada orang yang belum dan tidak pernah memeriksakan diri. Karena itu pengobatan kanker ini akan memakan biaya mahal dan berisiko. Biasanya dokter akan mengambil inisiatif untuk mengangkat seluruh organ kelahiran seperti rahim secara total, ini jika penyakit nya sudah terlalu parah. Namun ada pula dengan teknik kemoterapi dan pembedahan untuk membuang bagian-bagian yang sudah terinfeksi. Ini dilakukan apabila penyakit kanker serviks tidak menjalar dan dianggap masih bisa dilakukan dengan pembuangan bagian tertentu saja. Karena itu bagaimanapun cara terbaik adalah mencegah daripada mengobati