Untuk memahami kesehatan manusia, kita perlu memahami manusia itu sendiri. Seperti makhluk hidup lainnya, tubuh manusia adalah sebuah mahakarya fisiologis yang luar biasa rumitnya. Jika hanya dipandang sebagai mesin biologis maka manusia tidak jauh berbeda dari makhluk hidup lainnya.
Banyak hewan yang lebih besar, lebih kuat bahkan lebih lincah daripada manusia, dan ada tumbuhan yang dapat hidup lebih lama daripada manusia. Walaupun demikian manusia memiliki kemampuan berpikir yang lebih besar daripada makhluk ciptaan lainnya. Kemampuan inilah yang memungkinkan manusia untuk sanggup mengenali dan memecahkan masalah dengan cerdas dan kreatif.
Kesanggupan memilih juga merupakan suatu kesanggupan manusia yang membedakan dia dari hewan maupun tumbuhan, sehingga ia memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi. Akan tetapi, kecerdasan manusia ini jugalah yang sering kali menjerumuskannya ke dalam pelbagai masalah yang merugikan dirinya sendiri. Umumnya, hewan hidup berdasarkan nalurinya sendiri.
Itulah sebabnya anjing maupun semut di Indonesia memiliki pola kehidupan yang hampir sama dengan yang hidup di Amerika. Tetapi rakyat Indonesia memiliki gaya hidup yang berbeda dengan rekannya di Amerika Serikat. Inteligensia manusialah yang menentukan sanggup atau tidak sanggup untuk membentuk gaya hidup masing-masing.
Pusat pengontrolan penyakit negara Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa ada empat faktor utama yang menentukan kesehatan seseorang, yaitu:
1) Perilaku kesehatan atau gaya hidup.
2) Hereditas (keturunan).
3) Keadaan lingkungan, dan
4) Mutu pelayanan kesehatan yang tersedia.
Keempat faktor ini memiliki bobot yang berbeda-beda dalam menentukan kesehatan. Peran yang terbesar dimainkan oleh gaya hidup yaitu sebesar 51%. Ada jenis-jenis gaya hidup tertentu yang meningkatkan kesehatan dan ada pula yang merongrongnya. Ada faktor keturunan tertentu yang membatasi kesanggupan seseorang untuk mencegah penyakit, ada juga yang membuatnya tidak bisa berolahraga secara teratur, dan sebagainya. Faktor keturunan memiliki nilai sebesar 19% dalam menentukan kesehatan, sedangkan faktor lingkungan bernilai 20%. Sisanya adalah mutu pelayanan kesehatan yang tersedia di klinik, rumah sakit, dan sebagainya yaitu sekitar 10%.
Faktor keturunan apa pun yang seseorang miliki, dalam lingkungan yang bagaimanapun dia hidup, serta mutu pelayanan kesehatan yang macam apa pun yang dia dapatkan, dia tetap bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu kesehatannya dengan menghidupkan gaya hidup yang baik dan tepat.
Sebenarnya, apakah kesehatan itu? Jenis kehidupan yang bagaimanakah yang disebut sehat? Arti dan makna kata sehat mengalami perkembangan. Dulu, seseorang dianggap sehat jika dia tidak mengidap penyakit. Ini disebabkan karena dulu di tahun 1900-an, penyebab utama kematian adalah penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh virus dan bakteri. Pada zaman itu, peluang bagi seseorang untuk meninggal karena sakit paru-paru basah adalah tiga kali lebih besar daripada meninggal karena kanker. Pada zaman itu, penyakit-penyakit mengancam semua manusia dengan pelbagai tingkat usia.
Sekarang, banyak dari penyakit tempo dulu itu yang dapat dicegah ataupun disembuhkan. Peningkatan mutu kehidupan membuat manusia dapat membuatnya hidup lebih lama. Dengan demikian, definisi kata kesehatan pun ikut mengalami perubahan.
Badan Kesehatan Sedunia (WHO) memberikan definisi yang baik untuk kata “sehat” yakni: “Keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekadar tidak adanya penyakit maupun cacat”. Di sini, kita perlu menambahkan satu komponen yang lain yaitu rohani. Jadi, seseorang sehat bukan hanya jika dia tidak mengidap penyakit, melainkan juga jika badan, pikiran, sosial, dan rohaninya sejahtera